Rabu, 09 Desember 2009

ANALISIS KONSEP NEGARA ISLAM

A. Islam Dan Negara
Memasuki abad 20 perkembangan ke arah terbentuknya negara Indonesia menemukan fase Baru. Fase ini ditandai oleh munculnya kesadaran kebangsaan di kalangan elit masyarakat pribumi yang pelan tapi pasti mempengaruhi massa melalui jalur organisasi modern.
Dalam dasawarsa kedua abad ini beberapa organisasi modern telah lahir dengan latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda, tetapi arahnya semakin jelas yakni perlunya bangsa ini melakukan emansipasi perlawanan terhadap kolonialisme. Ada fenomena penting dalam periode ini, yakni pencarian ideologi yang dapat memper-satukan semua unsur rakyat pribumi dalam satu wadah persatuan. Pencarian ini diwarnai dengan munculnya perdebatan di antara komponen bangsa. Komponen bangsa yang dimaksud adalah golongan nasionalis Islam di satu pihak dengan nasionalis yang netral agama di lain pihak.
Tidaklah mengherankan bila golongan yang pertama melontarkan ide-ide yang bersumber pada Islam ketika Indonesia sedang mencari bentuk ideal ideologi persatuan. Pada awalnya gagasan-gagasan itu muncul sebagai reaksi dan perlawanan terhadap penjajahan orang kafir atas orang Islam. Reaksi dan perlawanan yang dilandasi oleh keimanan ini berkembang menjadi cikal bakal pembentukan nasionalisme. Deliar Noer dalam studinya menyimpulkan bahwa nasionalisme Indonesia sebenarnya dimulai dengan nasionalisme Islam (Deliar Noer, 1982:8).
Persamaan agama agaknya telah menjembatani hubungan antar etnis dan meliputi berbagai suku bangsa yang mendiami kepulauan Nusantara. Kesamaan yang telah ada dipakai untuk memperkokoh "persatuan" dan membangkitkan kesadaran kebangsaan. Memang ada organisasi-organisasi yang lahir atas dasar kebangsaan seperti Budi Utomo, Pasundan, Jong Sumatera Bond dan sebagainya, tetapi kebangsaan dalam pengertian mereka masih terpusat pada suku bangsa atau bersifat ethnocentis. Sedangkan Sarekat Islam dan Muhammadiyah telah menggunakan "konsep bangsa" dalam pengertian antar etnis dan bebas dari rasa kedaerahan. Kedua organisasi Islam ini telah tersebar ke berbegai wilayah kepulauan Nusantara pada dekade kedua abad 20. Hal ini telah membuka jalan ke arah pembentukan nasionalisme dan merupakan bibit persatuan Indonesia. Di dalam dua organisasi itu orang merasa berada dan menemukan wadah persaudaraan antar kaum senasib di tanah air yang dapat dipersatukan. Atas dasar kenyataan ini kalangan Islam merasa tidak melihat alasan yang kuat jika cinta tanah air saja menjadi landasan persatuan tanpa melandaskan diri pada agama. Mereka beranggapan bahwa Islam sesungguhnya lebih sesuai untuk dijadikan dasar dan landasan persatuan untuk membangun bangsa (Taufik Abdullah (ed.), 1991:241).
Tetapi pandangan kalangan Islam ini dinilai oleh kalangan nasionalis netral agama sangat dipengaruhi oleh gerakan Pan Islam yang tidak Baja akan mempelemah, bahkan membahayakan persatuan nasional. (Taufik Abdullah (ed.), 1991:238). Sebabnya, karena Pan Islam merupakan gerakan yang berorientasi kepada dunia Islam internasional.
Uraian singkat di atas memberi gambaran bahwa dalam periode ini telah lahir pikiran, gagasan dan penafsiran dari kalangan pemimpin Islam Indonesia yang mempunyai makna sangat penting tidak saja dalam perkembangan perjuangan ke arah terbentuknya negara/bangsa, melainkan juga sumbangan intelektual Indonesia yang bernilai tinggi.
Khazanah intelektual tersebut merupakan rintisan awal pemikiran elite Islam Indonesia, tetapi mempunyai pengaruh yang dalam terhadap warna pemikiran yang lahir sesudah zaman ini. Ini merupakan indikator bahwa pemikiran Islam masa pergerakan nasional mempunyĆ i bobot yang tinggi. Percikan pemikiran itu tersebar di berbegai media, koran, majalah, brosur, manuskrip, dan buku. Jika dikumpulkan dan disusun kembali akan merupakan sebuah keutuhan yang dapat dipelajari dan ditafsir menurut teori ilmu pengetahuan yang selalu berkembang. Atas dasar pemikiran ini, sebuah penelitian perlu dilakukan. Pemikiran intelektual Islam yang berkembang dalam hubungannya dengan pencarian ideologi bangsa dan nasionalisme ini dikonsepsikan sebagai pemikiran tentang "hubungan antara agama dan negara".
Konsepsi hubungan agama dan negara memang sangat luas. Konsep ini dapat diartikan sebagai pendapat, aspirasi dan harapan bagaimana semestinya agama berfungsi sebagai pengatur negara. Dengan pengertian ini, pandangan tentang hubungan agama dan negara secara teori dapat digolongkan menjadi dua tipe utama, yakni agama berada di luar institusi negara dan agama menjelma dalam institusi negara (Muhammad al Bahiy, 1986)

B. Kemajuan Bangsa Dan Nasionalisme
Bersamaan dengan peralihan abad 19 ke abad 20, sejarah Indonesia memasuki babak baru. Babak ini ditandai oleh kecenderungan baru dalam melakukan perlawanan terhadap kolonialisme, yaitu bangkitnya nasionalisme. Dalam fase ini, Islam yang telah menjadi simbol perlawanan sejak kehadiran kolonialisme di Nusantara menampilkan diri sebagai katalisator persatuan nasional sekaligus membangun identitas ke-Indonesia-an, satu identitas untuk menegaskan perbedaan diri dari masyarakat penjajah Belanda yang menindas pribumi. Islam menjadi satu-satunya benang merah pemersatu wilayah Hindia Belanda, di luar kekuasaan kolonial. Sebab secara kultur, tradisi maupun bahasa, wilayah ini terpecah-pecah oleh keanekaragaman yang tinggi.
Di awal zaman yang oleh Shiraisi (1990) disebut sebagai An age in motion, atau zaman bergerak ini, tidak mengherankan jika Islam tampil sebagai pioneer, karena agama inilah yang telah mengantongi modal sebagai agama universal yang dianut oleh sebagian besar penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara ini. Adalah gerakan rakyat Sarekat Islam (SI) yang mulai dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI) merupakan satu-satunya wadah politik kaum pribumi yang mencita-citakan dan menuntut pemerintahan sendiri dan kemerdekaan penuh.
Tetapi SI bukanlah satu-satunya wadah pergerakan Islam zaman itu. Selain SI yang bergerak di arena politik, ada pula Muhammadiyah, Perserikatan Umat Islam, Persatuan Islam dan kelak Nandlatul Utama yang bergerak di lapangan kultural. Zaman bergerak ini telah mewariskan sejumlah nama pemimpin Islam (dan pemimpin lainnya) yang dalam sejarah Indonesia ditulis dengan "tinta emas", bukan saja karena perjuangannya tetapi juga pikiran-pikirannya yang cemerlang dan mendobrak kebekuan zaman.

C. Negara Diperlukan Guna Menegakkan Ketertiban Agama
Masa hidup KH. Hasyim Asy'ari yang terbentang antara tahun 1871 sampai dengan 1947 diwarnai dengan sejarah kehidupan bangsa Indonesia yang mengalami beberapa fase perubahan sosial, politik, ekonomi dan budaya yang cukup mendasar. Fase pertama adalah masa akhir abad ke-19 yang dinamakan fase bangkitnya kembali dunia Islam setelah beberapa tahun lamanya terpuruk oleh dominasi kolonialisme Barat. Fase kedua yaitu masa awal tumbuhnya organisasi-organisasi nasinalisme modern yang ditandai antara lain dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908. Fase ketiga adalah masa dimana telah tercapai konsensus nasional untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Fase keempat adalah masa perang kemerdekaan.
Apa yang menjadi keinginan sebagaian besar masyarakat bangsa Indonesia sebenarnya secara mendasar telah dirumuskan oleh para pendahulu kita tersebut. Mereka telah merumuskan sebuah masyarakat Indonesia yang terintegrasi sehingga dengan demikian dapat diatur dan ditata secara baik.
Karena Islam penduduk terbesar yang sekaligus pemilik syah negeri ini, dan juga berdasarkan pertimbangan bahwa daerah Nusantara ini adalah dulu dibawah kekuasaan Kerajaan Islam, maka para pejuang pendahulu kita telah menetapkan dasar-dasar yang mengatur perikatan hidup kaum Muslimin. Ini terjadi jauh hari sebelum bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan. Anjuran mengenai perlunya persatuan senantiasa didengungkan oleh para tokoh Islam diantaranya KH. Hasyim Asy'ari.
Memang pada tataran elit politik waktu itu ada pertenta lgan yang sangat tajam terutama antara Islam di satu sisi dan nasionalis (sekuler) di sisi yang lain. Ditambah lagi dengan adanya perseteru-an sengit antara kelompok Islam dan golongan sosialis bergaris keras, yang pada akhirnya melahirkan faham komunisme.
Hal ini pula yang akhirnya menimbulkan perpecahan dalam tubuh Sai ekat Islam. Disamping itu terjadi pula perselisihan yang tidak alah serunya antara golongan Islam tradisionalis dan golongan Islam modernis.

D. Islam, Nasionalisme Dan Negara
KH. Hasyim Asya'ari memandang bahwa hubungan antara agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Sebab Islam bukan saja berusaha membebaskan manusia dari menyembah selain Allah SWT dan membimbingnya ke arah menyembah satu Tuhan (Tauhid) akan tetapi juga memajukan aspek-aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya. Sedangkan untuk memajukan aspek-aspek tersebut sangat diperlukan adanya suatu institusi yang mengatur jalannya proses tersebut yang dinamai negara. Sebab ketertiban agama berupa ibadah dan ma'rifah tidak mungkin bisa dilakukan dengan baik tanpa badan yang sehat, adanya kehidupan yang teratur, terpenuhinya kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, dan lain-lain. Ketertiban agama tergantung pada semua ini. Dengan kata lain ketertiban agama tidak mungkin dapat dilaksana-kan tanpa ketertiban dunia. Dan mengenai ketertiban dunia ini mustahil bisa terwujud tanpa kekuasaan politik yang ditaati semua pihak.
Tak dapat disangkal, munculnya komunisme memberikan warna ideologi tersendiri dalam sejarah perjalanan Permikiran Natsir dalam berbagai bidang kajian dapat ditelusuri melalui buku, artikel di surat kabar, majalah dan sebagainya. Periode pergerakan nasional merupakan masa akhir kekuasaan penjajah Belanda ditandai dengan pertumbuhan cepat bidang politik hasil perubahan sosial dan ekonomi dan dampak pendidikan modern Barat serta gagasan pembaruan Islam yang berkembang dalanl masyarakat. Zaman ini juga ditandai dengan munculnya pemikir• pemikir dan pemimpin organisasi Islam, seperti H. Agus Soekarno, Natsir dan lain-lain.
Untuk memahami perkembangan masyarakat pada periode tersebut perlu juga mengetahui pemikiran yang dihasilkan oleh golongan pemikir-biasanya berasal dari kalangan elit dan tokoh Teori SP. Varma menyatakan bahwa peranan golongan pemikir, sangat besar pengaruhnya dalam proses perkembangan masyaiakearital Natsir merupakan bagian dari tokoh/pemikir/elit Islam Indonesia
Yang menjadi pertanyaan adalah apa konsep Natsir meilg. hubungan agama dan negara ketika Indonesia-mayoritas muslim dijajah kolonial (pemerintah "kafir").
Konsepsi Islam mengenai masalah negara muncul ketika terjadi rasa ketertindasan di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Sejarah membuktikan bahwa para pemikir dan aktivis akan kembali ke corak Islam yang holistik dan totalistik untuk me-nentang negara yang Makin pongah.
Ketertindasan tersebut tampak pada periode pergerakan nasional, kekuasaan asing melakukan penetrasi terhadap negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim terutama kepulauan Nusantara. Tidaklah mengherankan bila agama (Islam) dijadikan inspirasi untuk mengilhami gerakan-gerakan nasionalis anti kolonial dalam merebut kembali kemerdekaan yang pernah lepas.
Dengan kata lain, penindasan dan penjajahan yang dialami masyarakat Islam Nusantara, menuntut jawaban atas pertanyaan: Mengapa umat yang dekat dengan Tuhan harus berlutut pada kekuasaan asing dan kafir?
Kondisi ini mempengaruhi tokoh/pemikir gerakan Islam merumuskan strategi untuk membangun wacana "bernegara yang ideal". Jadi zeitgeist merupakan faktor determinan ketika seorang tokoh merumuskan pemikirannya.
Demikian juga dengan proses sosialisasi9 individu tokoh terutama yang bersifat "intern". Proses ini dapat membentuk sikap dan prilaku terutama dalam pemikiran.

E. Tidak ada Negara Islam
Menurut Amien Rais bahwa kata imamah tidak terdapat secara tertulis dalam Al-Qur'an. Tetapi kalau kata imamah dimaksudkan sebagai kepemimpinan yang harus diikuti oleh umat Islam, hal itu jelas ada dalam Al-Qur'an. Artinya, Al-Qur'an menyuruh kaum muslimin untuk mengikuti pemimpin yang benar, yang terdiri dari manusia-manusia atau pemimpin yang menggunakan Islam sebagai patokan kepemimpinannya, bukannya kepemimpinan orang-orang yang munafik dan kafir.
Sedangkan khilafah, menurut beliau adalah suatu missi kaum muslimin yang harus ditegakkan di muka bumi ini untuk memakmurkan sesuai dengan petunjuk dan peraturan Allah swt, maupun Rasul-Nya. Adapun cara pelaksanaannya Al-Qur'an tidak menunjukkan secara terperinci, tetapi dalam bentuk global saja. "Islamic State" atau negara Islam tidak ada dalam Al-Qur'an, maupun dalam Al-Sunnah. Oleh karena itu, tidak ada perintah dalam Islam untuk menegakkan negara Islam. Yang lebih penting adalah selama suatu negara menjalankan etos Islam, kemudian menegakkan keadilan `sosial dan menciptakan suatu masyarakat yang egalitarian, yang jauh daripada eksploitasi manusia atas manusia maupun eksploitasi golongan atas golongan lain, berarti menurut Islam sudah dipandang negara yang baik. Apalah artinya suatu negara menggunakan Islam sebagai dasar negara, kalau ternyata hanya formalitas kosong? Beberapa negara di Timur Tengah memang berdasarkan negara Islam, tetapi benarkah sesungguhnya mereka menjalankan syariah Islam sebagai-mana mestinya? Saudi Arabia, misalnya, tidak punya konsti-tusi, suatu negara yang aneh dalam zaman moderen ini, dan para pemimpinnya menyatakan tidak perlu konstitusi karena mereka sudah mempunyai sandaran syariah Islam. Ya, mereka boleh saja berkata begitu.
Tetapi aplikasi syariah Islam di sana begitu sempit dan sangat jauh dari idealisme Islam itu sendiri. Seperti prinsip-prinsip monarki Saudi Arabia itu sendiri sudah bertabrakan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam di bidang kemasyarakatan dan politik. Karena kalau kita lihat sejak khalifah-khalifah yang menggantikan Nabi Muhammad saw., sistemnya bukan monarki yang absolut, melainkan monarki yang menggunakan sistem pemilihan. Adapun dinasti Umayyah dan Abassiyah yang menegakkan kesultanan itu, sesungguhnya mereka sudah lari dari dasar-dasar ajaran-ajaran Islam. Bagaimana halnya Indonesia?
Selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan semua sila itu telah dipraktikkan, itu sudah bagus sekali. Tetapi kalau Pancasila juga merupakan formalitas kosong, sebagaimana Islam sebagai formalitas kosong juga, tentu keadaan demikian harus kita perbaiki bersama. Islam amat menekankan konsistensi antara apa yang diucapkan dengan apa yang dikerjakan.
Bagi muslimin Indonesia, akan sudah berbahagia kalau Pancasila yang indah itu benar-benar dipraktikkan secara konsisten. Dengan demikian sudah berarti sebagian ajaran Islam dijalankan.

Kesimpulan :
Penerapan Negara Islam ditengah-tengah rakyat yang hamper 90% masih buta huruf dianggap tidak realistis. Lebih baik membangun fondasi yang kokoh terlebih dahulu sebelum membangun sebuah Negara Islam yang Modern.

DAFTAR PUSTAKA
Dwi Purwoko. 2001. Negara Islam. Depok: PT. Permata Kreasi

Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif. 1997. Tidak Ada Negara Islam. Jakarta: PT Djambatan.

ANALISIS KONSEP NEGARA ISLAM











Umi Choirunnissa
208 400 749
KPI/C/III













Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung 2009

Jumat, 04 Desember 2009

Kulihat Awan Hitam

Kulihat gumpalan awan yang hitam, kutermenung..., sepi,...kubuka jendela kamarku. kulihat awan itu semakin ku amati..., awan itu menyatu. suara petir yang menggelegar telah mengagetkanku dalam lamunanku
kuucapkan Subhanallah.........,dan hujan pun turun sangat lebat, hawa yang dingin membuat ku tefikir...,kayaknya enak nich minum yang hangat-hangat, bangkitlah aku dari depan jendela kamarku, menuju tempat kotak persediaan makanan yang ada di sebelah meja belajarku. yach....?! susunya habis dech!!! tapi tak apalah, khan masih ada energen sambil kunikmati energen...,owh iyachhh....lupa aku harus ngajar kemadrasah....Astaghfirullah...,kenapa bisa lupa gini aku!!! yach mana hujan..., dingin, tapi kalau gak datang kasihan anak-anak. akhirnya aku menyegerakan shalat ashar dan bersiap-siap bergegas menuju madrasah. tuwh...khan bener kata aku juga!!! anak-anak telah menungguku,,, "bisik hatiku"...mereka semangat-semangat banget yach!? mana hujan, dingin he.he..seperti yang aku katakan tadi dikost,,,ha,hah...!!!??? itulah anak-anak. seperti biasa sebelum masuk ke materi, anak-anak berdo'a,,, selepas itu seperti biasanya juga, ibu guru neisya menulis dipapan tulis...,dilanjut privat satu-persatu. akhir dari semua klasikal, do'a, pulang dech!!! waktu sudah menunjukkan pukul 17:00 Wib... dan akupun pulang menuju kost'anku yang ada dipucuk, heuhh... meuni jauh nian nya' diatas nan jauh gitu...bersambung Bandung, 231109

Minggu, 08 November 2009

''KISAH SEORANG PENDO'A''

Ketika kumohon pada Allah kekuatan
Allah memberikanku kesulitan agar aku menjadi kuat

Ketika kumohon pada Allah kebijaksanaan
Allah memberikanku masalah untuk kupecahkan

Ketika kumohon pada Allah kesejahteraan
Allah memberikanku akal untuk berfikir

Ketika kumohon pada Allah keberanian
Allah memberikanku kondisi bahaya untuk kuatasi

Ketika kumohon pada Allah sebuah cinta
Allah memberikanku orang-orang bermasalah untuk kutolong

Ketika kumohon pada Allah bantuan
Allah membrikanku kesempatan

Aku tak pernah mendapatkan apa yang kupinta
Tapi aku menerima segala yang kubutuhkan

Do'aku terjawab sudah

''CINTA SEMU''

Permulaan cinta indah menawan di hati
Akhirnya kematian laksana permainan
Ia bermula dari pandangan dan canda
Menyala di hati laksana bara api


Seperti api yang bermula dari percikan
Jika membesar ia akan membakar semua kayu
Siapa yang sanggup memikul kayu cinta di hati
Bencana datang bersama rahasia-rahasia-NYA


Cintalah pertama kali tegarkan hati
Ia datang bersama takdir jalan beriringan
Jika arungi samudra cinta tak bertepi
Datang banyak masalah yang tak tertangguhkan

Sabtu, 17 Oktober 2009

''RESAHKU TANPAMU''

Hatiku resah tanpa-MU
Hatiku gundah tanpa kedekatanku pada-MU
Karena cinta semu t'lah membutakan mata hatiku
Tanpa aku sadari,,,
Sehingga aku semakin hari semakin jauh dari-MU
Ya Allah...,Aku ingin kembali dalam naungan-MU
Tuk mengadu semua keluh-kesahku pada-MU
Aku yang sengsara dan miskin,,,
Meminta tolong dan perlindungan hanya pada-MU
Aku yang takut dan ngeri,
Yang mengakui dan menyesali dosa-dosa yang aku perbuat selama ini
Aku memohon dengan segala kerendahanku,,,
Ku bersujud memohon kemurahan cinta kasih-MU
Ya Allah,,,jangan Kau biarkan daku dengan do'aku kepada-MU ini celaka
Cintai dan sayangilah daku selalu,,,
Dan jadikanlah aku hamba terkasih-MU. Amin...


Bandung,281208

"BERIKAN AKU KESEMPATAN"

Tuhan...
Berikan aku waktu, agar aku dapat memperbaiki semua ini...
Tuhan...
Aku sungguh menyesal...
Dengan apa yang pernah aku perbuat slama ini...
Tuhan...
Andai aku tau...
Akan tiba saatnya itu...
Aku akan terus berkarya untuk nemperbaiki diriku
Menuju keridhaan-MU...
Tuk mencapai maghfirah-MU...


Bandung,171009

"CINTAMU"

Kenapa Kau kenalkan aku dengan cinta?
Bila cinta itu selalu membuatku gelisah tak menentu
Dan menjadikanku jauh dari cinta-MU
Ya... Allah aku ingin cinta-MU
Cinta dari orang-orang yang selalu mencintai dan dicintai-MU
Cinta yang selalu membuatku dekat dengan-MU
Cinta yang tak pernah padam oleh apapun
Cinta yang tak pernah rentan oleh apapun
Cinta yang selalu bersinar dalam hatiku
Cinta hakiki-MU


Bdg,17 Oktober 2009

Kamis, 15 Oktober 2009

RESENSI BUKU PENGANTAR JURNALISTIK

RESENSI JURNALISTIK
Oleh : Umi Choirunnissa
NIM : 208.400.749
Jur/Smt/Kelas : KPI/III/C
Judul Buku: Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, & Kode Etik
Pengarang atau Penulis: Kustadi Suhandang
Diterbitkan oleh : Penerbit Nuansa (Yayasan Nuansa Cendikia)
Tahun Terbit : September 2004
Tebal Halaman ISBN : 979-9481-52-X
Pengantar Jurnalistik : Seputar Organisasi, Produk, & Kode Etik
Tentang penulis Kustadi Suhandang, lahir di Sumedang, tepatnya diJatinangor, Jawa Barat pada tanggal 12 Januari 1942. Setelah menamatkan Sekolah Rakyat (kini Sekolah Dasar) tahun 1953, Sekolah Menengah Pertama Bagian Ilmu Pasti Alam (1957) dan Sekolah Menengah Atas bagian Ilmu Pasti Alam (1960) di Bandung, kemudian melanjutkan pendidikannya ke Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP-kini UPI) di Bandung selama dua tahun. Rupanya yang menarik dan menjadi bakat penulis adalah Bidang Publistik (Komunikasi) sehingga setelah memasuki Fakultas Publistik Universitas Negeri Padjadjaran berhasil menamatkannya pada tahun 1970 dengan memperoleh gelar Sarjana Lengkap di Bidang Jurnalistik serta predikat Docterandus.
Sejak tahun 1961 sambil kuliah bekerja di PT (Persero) Pertani yang member kesempatan untuk menjabat Kepala Bagian Humas PT (Persero) Pertani Jawa Barat (1966-1970), juga mengikuti Pendidikan Marketing Menegement Course (1969) dibalai latihan kerja Departemen Tenaga Kerja RI di Bandung. Dan kursus Penjejangan Pembina Departemen Pertanian RI di Ciawi Bogor (1970). Atas keberhasilannya memperoleh Gelar Sarjana di Bidang Komunikasi, khususnya Jurnalistik, kemudian di promosikan untuk menjabat Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi PT (Persero) Pertani Tapanuli di Sibolga (1970-1972) dan selanjutntya dimutasikan ke PT (Persero) Pertani Aceh di Banda Aceh (1973-1977).
Untuk mengamalkan dan menyebarluaskan ilmunya penulis hengkang ke dunia pendidikan dengan menjadi Dosen Tetap Public Relations pada Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry (1977-1994) di Banda Aceh. Selain dari itu di percaya pula untuk menjabat Pembantu Dekan Bidang Akademis (1983-1988) serta Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) dari tahun 1988 sampai tahun 1944. Selama berkiprah di IAIN Ar-Raniry diberi kesempatan pula untuk mengikuti Penddikan Studi Purna Ulama di IAIN Ar-Raniry (1981), Pusat Pelatihan Ilmu-Ilmu Sosial (PLPIIS) di Universitas Negeri Hasanuddin Makasar (1982-1983), dan Indonation Islamic Studies Project (IISP) dari State University Of Lieden di Belanda (1986-1987). Karirnya sebagai Dosen dilanjutkan di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung sejak akhir tahun 1994 smpai sekarang dengan mengasuk mata kuliah Public Relations di Fakultas Ushuluddin (1994-1996) serta mata kuliah Jurnalistik dan Statistic di Fakultas Dakwah (1996-sampai sekarang). Bukunya yang telah terbtit antara lain Public Relation Perusahaan (1973), Pengantar Jurnalistik (1975), Public Relations (1980), Publisistik Pers (1982), Jurnalistik: Opini dan Media (1983), Public Relations (1995), Dasar-Dasar Jurnalistik (2002), Public Relations Perusahaan, Kajian, Program, Implementasi (Penerbit Nuansa, 2004), dan Dasar-Dasar Jurnalistik (Penerbit Nuansa 2004.

Defenisi Jurnalistik.
Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, meyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat dan perilaku khalayak sesui dengan kehendak para jurnalisnya.

Pengertian Organisasi
Dari kacamata sosiologi, organisasi dapat dilihat sebagai bagian dari masyarakat. Panglaykim mendefinisikan organisasi sebagai bentuk setiap penggabungan manusia untuk suatu tujuan bersama. Dengan demikian bahwa organisasi merupakan alat pencapaian suatu tujuan. Pada dasarnya organisasi merupakan suatu wadah kerja dimana didalamnya terdapat persekutuan orang-orang yang masing masing mempunyai tugas, wewenang dan tanggungjawab di dalam menggerakkan wadah kerja tersebut ke arah tujuan bersama yang telah ditentukan terlebih dahulu. Wadah kerja dimaksud adalah suatu kesatuan dan persatuan dari aktifitas kerja yang berdasarkan pembagian tugas dan tanggungjawab masing-masing orang, penempatan paara pejabatnya, penentuan wewenang dan tanggungjawabnya, serta fasilitas lainnyayang diperlukan guna mencapai tujuan bersama.

Struktur organisasi
Organisasi merupakan sekumpulan manusia yang bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang lebih efisien ketimbang jika masing-masing anggotanya bekerja sendiri-sendiri. Secara formal organisasi dapat pula diartikan sebagai kerangka struktur dari unit-unit kerjasama manusia untuk mencapai tujaun dengan cara yang paling efisien. Adapun struktur organisasi adalah ikatan terhadap himpunan manusia yang ditandai dengan :
1. Hirarki, yaitu susunan tingkat kewajiban dan wewenang.
2. Posisi,yaitu tempat atau kedudukan untuk melaksanakan kewajiban dan wewenang.
3. Funsi, yaitu tugas-tugas tertentu sehubungan denagn adanya kewajiban dan wewnang
4. Peran social yaitu kegiatan yang didasarkan pada tugas-tugas dimaksud
5. Norma atau budaya yaitu atauran permaianna untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut.

Senin, 12 Oktober 2009

DALAM DO'A

Dikeheningan penghujung malam
Kulantunkan sebuah pinta dan harap
Kubersujud, bersimpuh, dihadapan-MU
Memohon, mengharap cinta dan kasih-MU


Tetesan air mataku...,mengalir syahdu
Sebagai bukti kerinduanku pada-MU
Isak tangisku merintih...
Dalam hatiku berkata...,aku ingin selalu dekat degan-MU


Bibirku bergetar saat kusebut nama-MU
Dalam do'aku
Dengan segala kerendahanku, aku tundukan kepada-MU
Kuluapkan semua keluh kesahku hanya kepada-MU
Agar Engkau mengampuni dosa-dosa dan kelalaianku



"yaa Allah...
Engkau adalah Rabbku
Tidak ada Illah selain Engkau,
Engkau ciptakan aku,
dan aku adalah hambamu.
Aku akan menjalankan semua janjiku untuk-MU.
Dengan segala kemampuanku.
Aku berlindung kepada-MU dari keburukan yang aku lakukan.
Aku kembali kepada-MU dengan segala nikmat-MU,
atasku dan aku mengakui dosa-dosaku.
Maka ampunilah aku karena tidak ada yang memberi ampunan terhadap dosa-dosaku kecuali Engkau Amin.....

Bandung,291208

Jumat, 09 Oktober 2009

Media Massa/Pers

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.

Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber/ ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.

Jenis-jenis media massa

Media massa tradisional

Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa dimana terdapat ciri-ciri seperti:

  1. Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan
  2. Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu.
  3. Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima.
  4. Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit. Macam-macam media massa tradisional

Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet dan telepon selular.

Media massa yang lebih modern ini memiliki ciri-ciri seperti:

  1. Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya)
  2. Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual
  3. Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu
  4. Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam
  5. Penerima yang menentukan waktu interaksi


Pengaruh media massa pada budaya

Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari:

  1. skala kecil (individu) dan luas (masyarakat)
  2. kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi.

Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :

  1. Siapa (who)
  2. Pesannya apa (says what)
  3. Saluran yang digunakan (in what channel)
  4. Kepada siapa (to whom)
  5. Apa dampaknya (with what effect)

Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.

Fungsi-fungsi media massa pada budaya

  1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
  2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah.
  3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan.
  4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).

Pengaruh media massa pada pribadi

Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari [1]

  • Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu - dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media.
  • Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mempengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan prilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut.
  • Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Mungkin saat kita menyisir rambut kita dengan cara tertentu kita melihat diri kita mirip "gaya rambut lupus", atau menggunakan kacamata a'la "Catatan si Boy".
  • Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi "penentu", dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.

Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain .

Komunikasi Massa


Beberapa defenisi komunikasi massa.

  • Komunikasi massa adalah proses di mana informasi diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh khalayak (Ruben, 1992)
  • Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. (Bittner, 1980)
  • Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. (DeFleur dan Denis, 1985)

Dari ketiga defenisi di atas dapat disarikan beberapa unsur yang terlibat dalam komunikasi massa.

More...

1. sumber

2. khalayak

3. pesan

4. proses

5. konteks

6. media

Karakter Komunikasi massa:

1. Ditujukan pada khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar dan tidak mengenal batas geografis-kultural.

2. bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. Kegiatan penciptaan pesan melilbatkan orang banyak dan terorganisasi.

3. pola penyampaian bersifat cepat dan tidak terkendala oleh waktu dalam menjangkau khalayak yang luas.

4. penyampaian pesan cenderung satu arah.

5. kegiatan komunikasi terencana, terjadwal dan terorganisasi.

6. penyampaian pesan bersifat berkala, tidak bersifat temporer.

7. isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, politik dll)

Jurnalistik

Menurut Webster Dictionary, journalism (jurnalisme) adalah kegiatan mengumpulkan berita atau memproduksi sebuah surat kabar. Dengan kata lain, jurnalisme adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang wartawan, sedangkan jurnalistik merupakan kata sifat (ajektif) dari jurnalisme.

Dalam kamus lain, mengartikan jurnalistik sebagai “hal yang menyangkut kewartawanan”. Dalam penggunaan sehari-hari orang sering menggunakan kedua istilah ini (jurnalisme dan jurnalistik) untuk satu pengertian, yakni “kegiatan untuk menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar atau media lainnya (cetak maupun elektronik).

Untuk lebih tegasnya, jurnalistik adalah, proses kegiatan meliput, memuat, dan menyebarluaskan peristiwa yang bernilai berita (news) dan pandangan (views) kepada khalayak melalui saluran media massa (cetak dan elektronik) (Asep Syamsul M Romli: Jurnalistik Praktis)

Berita

Dalam jurnalistik, begitu banyak pengertian berita. Masing-masing orang memberikan definisi berita berdasarkan sudut pandang sendiri-sendiri dalam merumuskannya. Dalam buku Reporting, Mitchell V. Charnley menuliskan beberapa definisi berita:

“Berita adalah segala sesuatu yang terkait waktu dan menarik perhatian banyak orang dan berita terbaik adalah hal-hal yang paling menarik yang menarik sebanyak mungkin orang (untuk membacanya).” Ini definisi menurut Willard Grosvenor Bleyer.

Menurut Chilton R. Bush, berita adalah informasi yang “merangsang”, dengan informasi itu orang biasa dapat merasa puas dan bergairah. Sementara Charnley sendiri menyebutkan bahwa berita adalah laporan tentang fakta atau pendapat orang yang terikat oleh waktu, yang menarik dan/atau penting bagi sejumlah orang tertentu.

Nah, dari sekian definisi atau batasan tentang berita itu, pada prinsipnya ada beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dari definisi tersebut. Yakni:

  1. Laporan
  2. Kejadian/peristiwa/pendapat yang menarik dan penting
  3. Disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu)

Dalam jurnalistik juga dikenal jenis berita menurut penyajiannya. Pertama, Straight News (sering juga disebut hard news), yakni laporan kejadian-kejadian terbaru yang mengandung unsur penting dan menarik, tanpa mengandung pendapat-pendapat penulis berita. Straight news harus ringkas, singkat dalam pelaporannya, namun tetap nggak mengabaikan kelengkapan data dan obyektivitas.

Kedua, Soft News (sering disebut juga feature), yakni berita-berita yang menyangkut kemanusiaan serta menarik banyak orang termasuk kisah-ksiah jenaka, lust (menyangkut nafsu birahi manusia), keanehan (oddity).

Menulis berita

Oya, ada satu hal lagi tentang berita, selain kita harus memenuhi kaidah 5W+H (What, Who, Where, When, Why plus How), yakni menuliskan hasil laporan atau pengamatan terhadap peristiwa atau pendapat yang menarik itu. Intinya, adalah menuliskan berita itu ke dalam artikel yang menaik. Nah, supaya tulisan beritamu oke punya. Paling nggak kamu kudu mengetahui beberapa hal, di antaranya:

  1. Informasi. Yup, informasi, bukan bahasa. Informasi adalah batu-bata penyusun berita yang yang efektif. Tanpa informasi, walah jangan harap kamu bisa menulis berita itu dengan baik. Jangankan nggak punya informasi, informasinya nggak lengkap saja bakalan kewalahan bikin beritanya. Pokoknya, ada yang ganjal saja, karena tulisan jadi kurang menggigit.
  2. Siginifikansi. Maksudnya, berita kudu memiliki informasi penting; yakni memberi dampak pada pembaca. Misalnya aja, penulisnya mengingatkan pembaca kepada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka.
  3. Fokus. Betul, kegagalan seorang penulis berita adalah ketika menyampaikan berita secara sporadis, alias semrawut. Nggak fokus. Berita yang sukses dan oke biasnya justru pendek, terbatasi secara tegas dan sangat fokus. “Less is more,” kata Hemingway.
  4. Konteks. Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan ke mana mengalir, serta seberapa jauh dampaknya.
  5. Wajah. Jurnalisme itu menyajikan gagasan dan peristiwa; tren sosial, penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi kemanusiaan, dinamika agama, dsb. Tulisan yang disajikan itu berupaya mengenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu.
  6. Lokasi/Tempat. Sobat muda, pembaca menyukai banget “sense of place”. Kamu bisa membuat tulisan jadi lebih hidup jika menyusupkan “sense of place”. Bener lho. Misalnya aja kamu gambarkan tentang suasana jalannya pertandingan sepakbola yang menegangkan saat kedua klub itu bermain hidup-mati untuk mengejar gelar juara atau menghindari jurang degdradasi. Seru deh.
  7. Suara. Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada seorang pembacanya. Jadi, gunakan kalimat aktif. Bila perlu berbau percakapan.
  8. Anekdot dan Kutipan. Anekdot adalah sebuah kepingan kisah singkat antara satu hingga lima alinea—“cerita dalam cerita”. Anekdot umumnya menggunakan seluruh teknik dasar penulisan fiksi; narasi, karakterisasi, dialog, suasana. Semua itu dibuat dengan tujuan untuk mengajak pembaca melihat cerita dalam detil visual yang kuat. Kata orang-orang sih, anekdot sering dianggap sebagai ‘permata’ dalam cerita.

Nilai berita

Nilai berita adalah seperangkat kriteria untuk menilai apakah sebuah kejadian cukup penting untuk diliput. Ada sejumlah faktor yang membuat sebuah kejadian memiliki nilai berita. 7 di antaranya adalah:

  1. Kedekatan (proximity). Ada dua hal tentang kedekatan. Pertama dekat secara fisik dan kedua, kedekatan secara emosional. Orang cenderung tertarik bila membaca berita yang peristiwa atau kejadiannya dekat dengan wilayahnya dan juga perasaan emosional berdasarkan ikatan tertentu.
  2. Ketenaran (prominence). Orang terkenal memang sering menjadi berita. Seperti kata ungkapan Barat, Name makes news. Bintang film, sinetron, penyanyi, politisi ternama seringkali muncul di koran dan juga televisi.
  3. Aktualitas (timeliness). Berita, khususnya straight news, haruslah berupa laporan kejadian yang baru-baru ini terjadi atau peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan.
  4. Dampak (impact). Sebuah kejadian yang memiliki dampak pada masyarakat luas memiliki nilai berita yang tinggi. Semakin besar dampak tersebut bagi masyarakat, semakin tinggi pula nilai beritanya.
  5. Keluarbiasaan (magnitude). Sebenarnya hampir sama dengan dampak, namun magnitude di sini menyangkut sejumlah orang besar, prestasi besar, kehancuran yang besar, kemenangan besar, dan segala sesuatu yang besar.
  6. Konflik (conflict). Berita tentang adanya bentrokan, baik secara fisik maupun nonfisik, selalu menarik. Misalnya bentrokan antar manusia, manusia dengan binatang, antar kelompok, bangsa, etnik, agama, kepercayaan, perang dsb.
  7. Keanehan (oddity). Sesuatu yang tidak lazim (unusual) mengundang perhatian orang di sekitarnya. Orang yang berdandan esktrentrik, orang yang bergaya hidup nggak umum, memiliki ukuran fisik yang beda denga yang lain pada umumnya, dsb cenderung jadi berita yang bernilai tinggi.

Daya tarik berita (News interest).

Beberapa topik yang mengandung daya tarik berita di antaranya adalah: self-interest,

uang, seks, perjuangan, pahwalan dan keterkenalan, suspence (mencekam), human interest, kejadian (perayaan) dengan lingkup besar, kontes, penemuan baru, hal yang tidak biasa, kejahatan, dsb.

Sumber informasi untuk bahan berita

Ada beberapa sumber perolehan berita:

  1. Staf surat kabar, yaitu personal yang bekerja pada redaktur surat kabar tertentu, berkantor di redkasi surat kabar tersebut.
  2. Koresponden, yaitu wartawan yang bekerja untuk media atau kantor berita tertentu dan tidak berkantor di kantor redaksi.
  3. Kantor berita (news agencies), yakni lembaga yang khusus berita-berita dalam dan luar negeri serta beraneka jenisnya untuk kemudian dijual ke berbagai media massa.
  4. Features Syndicates, yaitu lembaga yang khusus “menjual” kepada penerbit.
  5. Kalangan publisitas, yaitu orang-orang atau kelompok yang bekerja mempopulerkan orang-orang atau peristiwa.
  6. Volunteer staff, yaitu orang-orang awam atau bukan kalangan pers yang akan memberi informasi berharga tentang gejala dan kejadian yang bisa diangkat sebagai berita.

Syarat sumber berita

Sebuah tulisan jurnalistik haruslah bersumber dari fakta, bukan opini atau asumsi si reporter. Itu sebabnya, harus ada sumber berita yang jelas dan dapat dipercaya. Ada beberapa syarat sumber berita:

  1. Layak dipercaya, meski kelihatan mudah, tapi wartawan yang belum berpengalaman akan kejeblos mewawancarai sumber yang diragukan kebenaran omongannya. Jadi kudu jeli dan kritis ketika mengamati peristiwa atau kejadian dan siapa saja yang terlibat di dalamnya.
  2. Berwenang, artinya orang yang punya kekuasaan dan tanggung jawab terhadap masalah yang sedang kita garap. Kenapa ini penting? Pertama, agar tercapai keseimbangan penulisan berita yang balance (seimbang) dan both-sided coverage (liputan yang menyajikan keterangan dua pihak yang bertolak-belakang sehingga fair atau adil). Kedua, agar tulisan atau laporan bisa aman.
  3. Kompeten, artinya sumber berita tersebut layak untuk dimintai keterangannya.
  4. Orang yang berkaitan langsung dengan peristiwa, yaitu sumber berita yang memiliki hubungan, terpengaruh atau mempengaruhi peristiwa tersebut.

Demikian sekilas tentang dasar-dasar jurnalistik, khususnya yang berkaitan dengan sebuah pemberitaan. Masih banyak unsur lainnya dalam jurnalistik seperti manajemen media massa, jenis-jenis tulisan di media massa, termasuk tentang kode etik jurnalistik. Bisa dibahas pada kesempatan lain, atau bisa juga mencari informasi sendiri. Semoga saja ilmu yang meski masih sedikit ini menjadi tambahan wawasan. Tapi intinya, jangan pernah merasa puas mendapatkan sedikit ilmu. Terus belajar, belajar, dan belajar. Tetep semangat![]


Sabtu, 26 September 2009

lukman 34

Allah Ta'ala berfirman: ''Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui(dengan pasti), apa yang akan dijalaninya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui, dibumi mana ia akan mati.''(Q.S Lukman 34)

Curhatku Pada-MU

Ya Allah, jangan
engkau tinggalkan aku walau sedetikpun
Aku yang selalu menharap, memohon apa yang aku pinta, tiada yang dapat memberikan s'mua kecuali Engkau...
Robb...disaat ujian dari-MU datang menerpa'ku, hanya Engkaulah yang aku yakinkan dalam hatiku
Bisik hatiku berkata, ini s'mua tanda kasih-sayang-MU untukku
Ujian yang Engkau berikan membuatku semakin rindu berharap hanya kepada-MU
Ya Robb...ini curhatku pada-MU
Begitu berat ujian dari-MU
Kupasahkan s'mua pada-MU
Walaupun tak dapat ku tatap wajah-MU...tapi rasaku s'lalu ada,
dan ingin s'lalu dengan-MU
Dalam sujud-sujudku aku mencurahkan s'mua perasaanku pada-MU

Bandung. 19 Sya'ban 1430 H

Permohonan Seorang Hamba

Hatiku resah tanpa-MU
Hatiku gundah tanpa kedekatanku pada-MU
Karena cinta semu t'lah membutakan mata hatiku
Tanpa aku sadari,,,
Sehingga aku semakin hari semakin jauh dari-MU
Ya Allah...,Aku ingin kembali dalam naungan-MU
Tuk mengadu semua keluh-kesahku pada-MU
Aku yang sengsara dan miskin, meminta tolong dan perlindungan hanya kepada-MU
Aku yang takut dan ngeri, yang mengakui dan menyesali dosa-dosa yang aku perbuat s'lama ini
Aku memohon dengan s'gala kerendahanku...,Ku bersujud memohon kemurahan cinta kasih-MU
Ya Allah...jangan Kau biarkan daku dengan do'aku kepada-MU ini celaka,
Cintai dan sayangilah daku s'lalu...
Dan jadikanlah aku hamba terkasih-MU...Amin...
bandung 28-Des'08