Kamis, 22 September 2011

KHITABAH Oleh: Umi Choirunnissa PENDIDIKAN SEBAGAI PRIORITAS UTAMA BAGI MASYARAKAT Dizaman sekarang ini, pendidikan adalah wajib dan sangat diprioritaskan. Dan sangat mempengaruhi bagi setiap instansi juga dalam pekerjaan. Hal ini dibutuhkan, karena sebagai bukti pengaplikasian sesuatu yang telah didapat dalam kenyataanya. Untuk itu, pendidikan dan wajib belajar sembilan tahun sangat penting. Namun bagi masyarakat kalangan kurang mampu akan sangat bermasalah, untuk menikmati pendidikan yang lebih tinggi. Jika dulu sekolah bisa dikatakan sebagai jalan memperbaiki nasib, maka dengan mahalnya biaya sekolah, peluang perbaikan nasib itu seakan ditutup bagi mereka yang kurang mampu. Mereka yang kurang mampu terjebak terus-menerus secara turun-temurun dalam keterpurukan. Tahun 2009 lalu, masyarakat telah dijanjikan sekolah gratis untuk tingkat SD dan SMP oleh pemerintah. Janji yang selalu diiklankan dimedia elektronik ini mendapatkan tanggapan yang sangat baik dari masyarakat. Masyarakat pun mulai merasa teringankan bebannya dengan diadakan pendidikan gratis ini. Dan anak-anak mereka biasa mengenyam pendidikan lebih tinggi, minimal hingga tamat SMP. Tapi sayangnya, janji itu berlaku untuk sekolah negeri saja. Padahal fakta membuktikan, banyak siswa yang tidak tertampung oleh sekolah negeri, dan terpaksa harus bersekolah disekolah swasta. Oleh karena itu, mereka harus keluar biaya mulai uang masuk, seragam, bangunan, buku, hingga tetek-bengek lainnya yang belum tentu berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) ini. Bahkan untuk sekolah-sekolah yang berkualitas atau sekolah terpadu, biaya yang harus dikeluarkan sangat besar. Uang masuknya saja mencapai hingga rata-rata jutaan, sementara uang SPP-nya mencapai hingga ratusan ribu rupiah perbulannya, dan mungkin akan berubah disetiap tahunya. Dan untuk sekolah SLTA juga belum ada sekolah gratis secara nasional, termasuk sekolah negeri, artinya seluruh masyarakat masih harus menanggung banyak biaya demi kelangsungan sekolah anak-anaknya. Untuk tingkat pendidikan tinggi negeri kini telah diswastasasikan; memang, pemerintah masih mengucurkan dana kepada pendidikan tinggi negeri. Namun, sebagian besar biaya penyelenggaraan lainnya harus ditanggung oleh pendidikan tinggi negeri itu sendiri. Pendidikan tinggi negeri lainya, dan juga dibebankan kepada para mahasiswanya dari waktu- kewaktu kian mahal, hingga mencapai puluhan juta rupiah. Bahkan untuk biaya uang masuk fakultas kedokteran mencapai lebih dari 10 juta rupiah, uang SPP-nya pun tidak biasa dikatakan murah. Rata-rata SPP pendidikan tinggi negeri mencapai hingga jutaan rupiah bahkan ada juga yang mencapai 25 juta rupiah persemester. Penyelenggaraan pendidikan gratis hanya sebagian kecil agar masyarakat terhibur untuk meringankan bebanya. Corak peraturan untuk mengatur masyarakat, termasuk dalam bidang pendidikan, akibat ideologi yang diadopsi oleh pemerintah. Mahalnya biaya pendidikan adalah dampak logis pengadopsian ideologi kapitalis (kaum konglongmerat atau penguasa) negeri ini. Karena peran pemerintah yang terlalu jauh dalam menangani urusa-urusan masyarakat. Untuk kaum kapitalis, peran pemerintah harunya diminimalkan. Masalahnya, kita dibuat tidak mampu untuk membiayai penyelenggaraan dan urusan-urusan masyarakat; khususnya pendidikan. Kaum konglongmerat atau kaum bermodal, tidak membolehkan sumber-sumber daya alam dikelola oleh negaranya sendiri, malah menyerahkan kepada swasta atau pihak asing. Bahkan harga barang-barang milik rakyat BBM, diserahkan kepada mekanisme pasar. Akhirnya Negara tidak memiliki sumber pendapatan dari sumber-sumber kekayaan alam itu sendiri, yang membuat Negara mampu membiayai berbagai urusan masyarakat, termasuk pendidikan. Karena, kaum bermodal atau konglongmerat membuka semua sector untuk swasta dan menjadikan sebagai bahan bisnis, termasuk urusan pendidikan. Akibatnya biaya pendidikan semakin mahal, kalaupun ada sekolah gratis, itu juga hanya sampai tingkat SMP dan berlaku hanya untuk sekolah negeri saja. Apalagi sekolah-sekolah negeri yang berada dipelosok-pelosok tanah air kita ini juga masih belum merasakan pendidikan gratis. Kenyataanya sekolah tingkat lanjut ini hanya untuk mereka yang mampu bukan orang-orang miskin. Mungkin masyarakat akan berkata, bahwa adanya sekolah gratis ini suatu hal yang sangat bagus, karena dapat meringankan beban masyarakat miskin juga anak-anak dari keluarga kurang manmpu untuk tetap sekolah dan menikmati pendidikan lebih tinggi. Namun, kenyataanya hanya mereka dari kalangan kaya yang mampu menikmati pendidikan lebih tinggi. Karena mungkin baru segitulah, solusi dan kemampuan yang diberikan pemerintah Negara kita ini, untuk pendidikan atau sekolah gratis. Islam menjamin pendidikan bagi semua, dan ini bertolakbelakang sekali dengan ideologi kapitalisme yang telah meminimalkan peran sebuah negara itu sendiri, ideologi islam justru malah menetapkan negara sebagai pihak yang bertanggungjawab penuh atas pemeliharaan urusan-urusan masyarakat. Pentingnya persoalan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari keinginan untuk menghapus penduduk miskin. Semoga dengan pendidikan, kita akan dapat menjadi bangsa yang maju dan juga berkependidikan. Namun yang paling penting adalah, bagaimana sikap kita agar menjadikan pendidikan ini sebagai prioritas utama dalam membangun perekonomian keluarga dan juga bangsa yang lebih baik. Oleh: Umi Choirunnissa RAMADHAN BULAN IJABAH Salah satu gelar bulan ramadhan adalah syahrul ijabah, atau bulan dikabulkannya do’a. suatu ketika, datang seorang Arab Badwi ( Arab pedalaman) kepada nabi. Ia lantas memanggil, “hai Muhammad, Tuhan itu jauh atau dekat? Kalau jauh aku akan memanggilnya dengan suara yang sangat lantang. Tetapi kalau dekat, aku akan memanggilnya dengan berbisik-bisik”. Para sahabat yang menyaksikan peristiwa itu agak marah, karena orang Badwi telah berlaku kurang sopan kepada Rasulullah. Ketika itu, nabi diam saja tidak menjawab. Lantas turulah firman allah: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Q.S. al- Baqarah: 186) Dari ayat tersebut, ada beberapa pelajaran yang bias kita ambil. Pertama: kalau kita ditanya oleh siapa saja, apakah Tuhan itu jauh atau dekat? Jawabannya tidak boleh ragu-ragu. Karena Allah adalah sangat dekat. Kedua: dan Allah akan mengabulkan keinginan kita kalau kita meminta kepada-Nya. Allah memang Maha Tahu apa yang ada didalam getar hati kita. Tetapi Allah juga punya kehendak, yaitu keinginan yang ada dalam diri kita itu harus diwujudkan dalam bentuk do’a. Jadi kita harus meminta dulu, baru kemudian Allah akan mengabulkan apa yang kita minta. Dalam hubungan kita dengan Allah, kita harus banyak meminta. Tetapi dalam hubungan sesama manusia, justru kita harus banyak memberi. Dan Allah itu sangat marah kepada hamba-hambaNya yang malas meminta terlebih dahulu. Diantara do’a-doa yang dikabulkan oleh Allah, adalah do’anya orang yang sedang berpuasa, pemimpin yang adil, dan do’anya orang yang teraniaya. Allah berjanji, “… berdo’alah kepada-Ku, nischya akan Aku perkenankan bagimu…”. (Q.S. Al-Mukmin:60). Sebenarnya, semua do’a kita itu dikabulkan oleh Allah. Tetapi ada yang langsung dikabulkan dalam hitungan jam atau hari. Ada juga do’a yang dikabulkannya memerlukan waktu, misalnya dalam ukuran bulanan atau tahunan. Atau mungkin saja, do’a itu diberikan kepada kita dalam bentuk lain yang lebih dan maslahat. Tidak semua yang dianggap baik oleh kita, belum tentu dalam pandangan Allah baik dan maslahat. Boleh jadi, apa yang dianggap baik oleh kita justru menurut Allah kurang tepat untuk kemslahatan diri kita. Sehingga digantinya dalam bentuk lain yang lebih baik, dan yang lebih kita butuhkan. Paling tidak, kalau do’a itu tidak dirasakan di dunia, maka ia akan menjadi investasi kebaikan di akhirat nanti. Jadi, do’a itu tidak ada yang mubadzir. Nabi telah mengajarkan kita, agar kita memperhatikan tempat-tempat diijabahnya do’a, seperti (Bulan Ramadhan, sedang ibadah haji, hari jumat, sepertiga malam terakhir ), dan memperhatikan adab-adab berdo’a. Berdo’a kepada Allah harus didahului dengan memuji-Nya, seperti membaca shalawat, setelah itu barulah meminta kepada Allah. Mintalah dengan penuh kesungguhan. Kalau perlu diulang sampai tiga kali. Jangan berburuk sangka kepada allah. Hilangkan kesombongan. Dalam do’a kita juga bisa melakukannya dengan cara tawassul. Misalnya; tawassul dengan asma-asma Allah, seperti membaca Ya Rahmaan (Maha Penyayang), Ya Lathiif Maha Halus), Ya Ghaniyy (Maha Kaya), dan lain-lain. Bisa juga bertawasssul dengan amal shaleh, misalnya; bersadaqah, melaksanakan shalat, shaum, membaca al-quran terlebih dahulu, dan lain-lain. Bahkan kita juga boleh bertawassul kepada orang-orang shaleh, misalnya minta dido’akan kepada orang-orang shaleh dan ahli ibadah. Karena bulan ramadhan merupakan bulan ampunan. Pintu-pintu kebaikan sangat terbuka lebar. Sementara al-quran menyebutnya: “…Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk…”. (Q.S. Huud:114). Dan juga dapat ditafsirkan bahwa ibadah-ibadah kita di bulan ramadhan bisa menghapus dosa-dosa yang berkaitan dengan Sang Khalik (Allah), dengan cara melakukan berbagai amal kebaikan, seperti shalat tarawih, membaca al-quran, sadaqah dan lain-lain. Mungkin maghfirah (ampunan) akan bisa diraih dengan tahapan-tahapan tertentu, seperti menyesal dari dosa-dosa, berhenti dari dosa dan banyak beristighfar kepada allah. Namun pada tahap ini, kadang kita menghadapi hampbatan-hambatan yang bersifat psikologis. Untuk itu, dalam mengisi bulan ramadhan ini, manfaatkanlah segenap waktu untuk berdo’a, mendekatkan diri kepada Allah dan senantiasa mengharap ridha-Nya. Ketahuilah wahai orang-orang yang diberikan Allah taufiq, Bulan Ramadhan pada hakikatnya, adalah sebagai realisasi dari empati kita terhadap mereka dan peduli terhadap sesama. Bulan ramadhan merupakan wahana yang disediakan Allah agar kita bisa merasakan semburat kilatan kepedihan kehidupan dhuafa. Puasa bukanlah semata-mata menahan dari makan dan minum, akan tetapi, menahan diri dari perbuatan yang sia-sia dan keji. Dan jika ada orang yang mencelamu atau berbuat jahil kepadamu maka katakanlah: “Aku sedang berpuasa, aku sedang puasa”. (H.R. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim dengan sanad shahih). Oleh karena itu Rasulullah mengancam dengan ancaman yang keras bagi orang yang melakukan perbuatan tercela ini, beliau bersabda: “Banyak orang yang berpuasa dimana bagian dari puasanya hanyalah rasa lapar dan dahaga”. (H.R. Ibnu Majah dengan sanad yang shahih). Ini tentunya bagi orang yang hanya berpuasa dari makan, minum dan jima’ tapi dia masih terus melakukan berbagai kemaksian baik dari matanya, lisannya, kakinya, ataupun hatinya, sehingga dia hanya mendapatkan rasa lapar dan dahaga saja dari puasanya tersebut. Dan bahwasanya orang yang berpuasa itu adalah orang yang berpuasa seluruh anggota badanya dari dosa-dosa, lisanya (berpuasa) dari berdusta, ucapan keji dan perkataan palsu perutnya (berpuasa) dari minum dan makan serta kemaluannya (berpuasa) dari jima’ (dan menjaganya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syari’at). Maka jika ia berkata, tidak berkata dengan sesuatu yang dapat merusak puasanya dan jika berbuat, tidak berbuat sesuatu yang merusakkan puasanya. Oleh: Umi Choirunnissa LAILATUL QADAR MENURUT RASULULLAH Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-quran) pada malam Qadar; Dan Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?Malamkemuliaan itu, lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan roh (jibril) dengan izin Tuhan-nya untuk mengatur semua urusan. Sejahterakanlah (malam itu) sampai terbit fajar”. (Q.S. Al-Qadar : 1-5) Jika kita berbicara mengenai waktu turunnya lailatul qadar secara persis, maka akan teringat riwayat yang dinyatakan oleh Al-Bukhari dalam bukunya Shahih Al-Bukhari dan berbagai nash lain. Dimana antara lain dalam buku itu, Al-Bukhari menyatakan bahwa “Dalam Al-quran telah disebutkan; wa maa adraaka, yang artinya Allah SWT telah memberi tahu. Namun demikian juga dalam Al-Quran dinyatakan; wa maa yuriidka yang artinya belum mengetahui”. Hadits riwayat Abu Dzar menyatakan bahwa: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai waktu turunnya Lailatul Qadar”. “Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang Lailatul Qadar ; apakah itu pada bulan Ramadhan atau lainnya?” Beliau menjawab: Lailatul Qadar (itu) pada bulan Ramadhan.” Aku bertanya lagi: Wahai Rasulullah, apa saja yang bersama para nabi terdahulu, maka (biasanya), ketika para Nabi telah dipanggil (wafat), juga akan ikut diangkat (sirna). Oleh sebab itu, apakah Lailatul Qadar sampai hari kiamat.” Aku bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, (pada bagian manakah) di bulan Ramadhan itu?” Beliau menjawab: “Carilah itu pada sepuluh hari yang pertama dan sepuluh hari yang terakhir.” Kemudian Rasulullah SAW berbicara dan terus berbicara yang lain, sampai aku mendapat kesempatan bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, yang manakah diantara kedua sepuluh itu?” Beliau menjawab: “Carilah itu pada sepuluh terakhir, jangan kau Tanya lagi tentang sesuatu setelah itu.” “Wahai Ra dan turunnyasulullah aku telah bersumpah atas dirimu agar engkau mengabariku, tapi belum mengabariku, (malam) yang manakah diantara kesepuluh malam (terakhir) itu?” Maka terlihat beliau sangat marah kepadaku, dengan kemarahan yang tidak pernah kusaksikan, baik sebelum ataupun sesudah itu, sampai kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya jika allah berkehendak, tentulah aku menunjukkan kamu kepadanya Lailatul Qadar: Carilah ia (Lailatul Qadar)pada tujuh (malam) yang terakhir.” Dengan demikian, waktu yang tepat dari turunnya Lailatul Qadar sampai kapanpun akan tetap merupakan rahasia Allah SWT, dimana diantara berbagai hikmahnya adalah lahirnya ijtihad ummat islam dalam mencarinya, adanya kesungguhan untuk menggapai dan menantikannya, munculnya usaha dan kerja keras dalam menghadap Allah, yang berotasi pada harapan dan kecemasan, menimbulkan kesungguhan dalam berusaha dan berdo’a. Lailatul Qadar adalah sebagai ‘malam kepastian’, saat Allah SWT meletakkan nilai-nilai dasar yang menjadi pedoman hidup manusia, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Nilai-nilai dasar itu tercantum di dalam Al-Quran yang lima ayat pertamanya diturunkan pada malam itu. Itulah beberapa keistimewaan Ramadhan. Dan bulan Ramadhan disebut juga sebagai “bulan petunjuk”, karena bulan itulah Allah menurunkan Al-Quran (nuzulul Quran), yaitu turunnya lima ayat pertma surat al-alaq. Maka dari itu dibulan Ramadhan ini kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan amalan-amalan yang dapat meningkatkan nilai ketaqwaan kita. Sehingga kita dapat meraih malam Lailatul Qadar dengan izin Allah SWT. Dan biasanya umat muslim disepuluh hari malam terakhir bulan Ramadhan berbondong-bondong mendatangi masjid dan bermalam dimasjid tersebut, dan umat muslim biasa menyebutnya dengan ‘Itikaf atau Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT). Oleh: Umi Choirunnissa HARI RAYA IDUL FITRI Hari raya idul fitri adalah hari kemenangan yang nanti oleh umat muslim setelah menjalankan puasa sebulan penuh dibulan ramadhan. Anak-anak pun tanpak gembira saat hari raya idul fitri tiba, dengan pakaian yang serba baru terlihat keceriaan diwajahnya. Dan sudah menjadi tradisi dihari raya idul fitri umat muslim menyediakan berbagai ragam makanan, dan semua itu kita dapat temui disetiap rumah-rumah saat berkunjung untuk silaturahmi dan bermaaf-maafan. Namun, kebahagiaan pada hari raya idul fitri ini tidak semua umat muslim merasakan kegembiraan hari kemenangan tersebut dikarenakan kondisi financial yang membuat mereka tidak dapat berkumpul dengan keluarganya. Dan apabila Hari raya idul fitri, maka Allah mengirimkan para Malaikat sama turun ke bumi disetiap daerah; lalu mereka berkata; “Hai ummat Muhammad, keluarlah kamu semua kepada Tuhan Yang Maha Mulia!” Maka ketika mereka sudah tampak keluar ketempat shalat mereka, Allah berfirman; “Hai para MalaikatKu, saksikannlah olehmu sekalian, bahwa sesungguhnya telah Kujadikan pahala mereka atas puasnya akan keridhaanKu dan ampunanKu”. “Sesungguhnya hikmah Hari Raya di dunia ini adalah merupakan peringatan terhdap Hari Raya di akherat. Maka apabila engkau melihat orang-orang sementara mereka ada yang pergi dengan berjalan, sementara ada yang berkendaraan, sebagian ada yang mengenakan pakaian biasa dan sebagian lagi ada yang dengan bermain lagi tertawa dan sebagianpun ada yang menangis; maka ingatlah perjalanan hari kiamat, sesungguhnya di dunia itu demikian juga”. Allah SWT berfirman lagi: “Yauma tabyadhdhu wujuuhun wa taswaddu wujuuhun” “Pada hari wajah-wajah menjadi tampak putih bersinar dan adapula yang kelihatan menjadi hitam muram” Oleh karena itu dikatakan bahwa sesungguhnya semua hari Raya itu merupakan musibah yang menyedihkan anak-anak yatim dan sementara orang-orang yang mempunyai keluarga yang telah meninggal. Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ta’aalaa dari Nabi ‘alaihish wassalam bahwa sesungguhnya beliau telah keluar untuk menunaikan shalat Hari Raya, sedang anak-anak sama bermain. Diantara anak-anak itu terdapat seorang anak yang duduk dihadapan mereka dan dia mengenakan pakaian bekas sambil menangis.” Lalu Rasulullah SAW memegang anak itu dengan tangannya seraya berkata kepadanya: “Hai anak kecil, maukah engkau, aku sebagai ayahmu, Aisyah sebagai ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husain sebagai saudara laki-lakimu dan Fathimah sebagai saudara perempuanmu?” Anak kecil itu menjadi tahu, bahwa dia adalah Rasulullah; maka dia berkata: “Mengapa saya tidak mau ya Rasulullah?” maka dia dibawa oleh Nabi AS kerumah beliau, lalu dipakaikan pakaian yang bagus, diberi makan sehingga kenyang dan dihiasi, diberi minyak harum. Maka anak kecil itu keluar dengan tertawa serta gembira. Ketika teman-teman melihatnya, maka mereka sama berkata kepadanya: “Sebelum ini kamu selalu menangis, mengapa kamu sekarang menjadi gembira?” Dia menjawab: “Saya semula laper sekarang sudah kenyang, saya telanjang sekarang berpakaian, saya sebagai anak yatim sekarang Rasulullah adalah ayah saya, Siti Aisyah menjadi ibu saya, Hasan dan Husain menjadi saudara laki-laki saya, Ali menjadi paman saya, dan Siti Fahtimah menjadi saudari perempuan saya, maka bagaimana saya tidak gembira?” kata anak-anak kecil dan teman-temannya: “Seandainya ayah kami terbunuh dijalan Allah dalam peperangan itu, niscahya kami menjadi seperti dia. Kita dapat mengambil hikmah maupun pelajaran dari kisah tersebut dan agar senantiasa selalu bersyukur dengan apa yang telah allah anugrahkan untuk kita.

Selasa, 09 Maret 2010

Aku Punya Rasa

Ku ukir kata syair hatiku
Tentang apa yang kurasa
Walau dia tak tau apa yang ku rasa
Sesungguhnya aku punya rasa


Walau dia curahkan berbagai asa
Tapi aku pura-pura tak merasa
Sesungguhnya aku punya rasa
Wahai dia yang telah singgah di hatiku...


Semoga Allah pertemukanku,
dalam fitrah nan suci
Tentang asa dan rasa
Untukmu,Wahai seorang yang telah mendengar syair kata hatiku



Bandung, 07/03/2010

Rabu, 09 Desember 2009

ANALISIS KONSEP NEGARA ISLAM

A. Islam Dan Negara
Memasuki abad 20 perkembangan ke arah terbentuknya negara Indonesia menemukan fase Baru. Fase ini ditandai oleh munculnya kesadaran kebangsaan di kalangan elit masyarakat pribumi yang pelan tapi pasti mempengaruhi massa melalui jalur organisasi modern.
Dalam dasawarsa kedua abad ini beberapa organisasi modern telah lahir dengan latar belakang dan tujuan yang berbeda-beda, tetapi arahnya semakin jelas yakni perlunya bangsa ini melakukan emansipasi perlawanan terhadap kolonialisme. Ada fenomena penting dalam periode ini, yakni pencarian ideologi yang dapat memper-satukan semua unsur rakyat pribumi dalam satu wadah persatuan. Pencarian ini diwarnai dengan munculnya perdebatan di antara komponen bangsa. Komponen bangsa yang dimaksud adalah golongan nasionalis Islam di satu pihak dengan nasionalis yang netral agama di lain pihak.
Tidaklah mengherankan bila golongan yang pertama melontarkan ide-ide yang bersumber pada Islam ketika Indonesia sedang mencari bentuk ideal ideologi persatuan. Pada awalnya gagasan-gagasan itu muncul sebagai reaksi dan perlawanan terhadap penjajahan orang kafir atas orang Islam. Reaksi dan perlawanan yang dilandasi oleh keimanan ini berkembang menjadi cikal bakal pembentukan nasionalisme. Deliar Noer dalam studinya menyimpulkan bahwa nasionalisme Indonesia sebenarnya dimulai dengan nasionalisme Islam (Deliar Noer, 1982:8).
Persamaan agama agaknya telah menjembatani hubungan antar etnis dan meliputi berbagai suku bangsa yang mendiami kepulauan Nusantara. Kesamaan yang telah ada dipakai untuk memperkokoh "persatuan" dan membangkitkan kesadaran kebangsaan. Memang ada organisasi-organisasi yang lahir atas dasar kebangsaan seperti Budi Utomo, Pasundan, Jong Sumatera Bond dan sebagainya, tetapi kebangsaan dalam pengertian mereka masih terpusat pada suku bangsa atau bersifat ethnocentis. Sedangkan Sarekat Islam dan Muhammadiyah telah menggunakan "konsep bangsa" dalam pengertian antar etnis dan bebas dari rasa kedaerahan. Kedua organisasi Islam ini telah tersebar ke berbegai wilayah kepulauan Nusantara pada dekade kedua abad 20. Hal ini telah membuka jalan ke arah pembentukan nasionalisme dan merupakan bibit persatuan Indonesia. Di dalam dua organisasi itu orang merasa berada dan menemukan wadah persaudaraan antar kaum senasib di tanah air yang dapat dipersatukan. Atas dasar kenyataan ini kalangan Islam merasa tidak melihat alasan yang kuat jika cinta tanah air saja menjadi landasan persatuan tanpa melandaskan diri pada agama. Mereka beranggapan bahwa Islam sesungguhnya lebih sesuai untuk dijadikan dasar dan landasan persatuan untuk membangun bangsa (Taufik Abdullah (ed.), 1991:241).
Tetapi pandangan kalangan Islam ini dinilai oleh kalangan nasionalis netral agama sangat dipengaruhi oleh gerakan Pan Islam yang tidak Baja akan mempelemah, bahkan membahayakan persatuan nasional. (Taufik Abdullah (ed.), 1991:238). Sebabnya, karena Pan Islam merupakan gerakan yang berorientasi kepada dunia Islam internasional.
Uraian singkat di atas memberi gambaran bahwa dalam periode ini telah lahir pikiran, gagasan dan penafsiran dari kalangan pemimpin Islam Indonesia yang mempunyai makna sangat penting tidak saja dalam perkembangan perjuangan ke arah terbentuknya negara/bangsa, melainkan juga sumbangan intelektual Indonesia yang bernilai tinggi.
Khazanah intelektual tersebut merupakan rintisan awal pemikiran elite Islam Indonesia, tetapi mempunyai pengaruh yang dalam terhadap warna pemikiran yang lahir sesudah zaman ini. Ini merupakan indikator bahwa pemikiran Islam masa pergerakan nasional mempunyĆ i bobot yang tinggi. Percikan pemikiran itu tersebar di berbegai media, koran, majalah, brosur, manuskrip, dan buku. Jika dikumpulkan dan disusun kembali akan merupakan sebuah keutuhan yang dapat dipelajari dan ditafsir menurut teori ilmu pengetahuan yang selalu berkembang. Atas dasar pemikiran ini, sebuah penelitian perlu dilakukan. Pemikiran intelektual Islam yang berkembang dalam hubungannya dengan pencarian ideologi bangsa dan nasionalisme ini dikonsepsikan sebagai pemikiran tentang "hubungan antara agama dan negara".
Konsepsi hubungan agama dan negara memang sangat luas. Konsep ini dapat diartikan sebagai pendapat, aspirasi dan harapan bagaimana semestinya agama berfungsi sebagai pengatur negara. Dengan pengertian ini, pandangan tentang hubungan agama dan negara secara teori dapat digolongkan menjadi dua tipe utama, yakni agama berada di luar institusi negara dan agama menjelma dalam institusi negara (Muhammad al Bahiy, 1986)

B. Kemajuan Bangsa Dan Nasionalisme
Bersamaan dengan peralihan abad 19 ke abad 20, sejarah Indonesia memasuki babak baru. Babak ini ditandai oleh kecenderungan baru dalam melakukan perlawanan terhadap kolonialisme, yaitu bangkitnya nasionalisme. Dalam fase ini, Islam yang telah menjadi simbol perlawanan sejak kehadiran kolonialisme di Nusantara menampilkan diri sebagai katalisator persatuan nasional sekaligus membangun identitas ke-Indonesia-an, satu identitas untuk menegaskan perbedaan diri dari masyarakat penjajah Belanda yang menindas pribumi. Islam menjadi satu-satunya benang merah pemersatu wilayah Hindia Belanda, di luar kekuasaan kolonial. Sebab secara kultur, tradisi maupun bahasa, wilayah ini terpecah-pecah oleh keanekaragaman yang tinggi.
Di awal zaman yang oleh Shiraisi (1990) disebut sebagai An age in motion, atau zaman bergerak ini, tidak mengherankan jika Islam tampil sebagai pioneer, karena agama inilah yang telah mengantongi modal sebagai agama universal yang dianut oleh sebagian besar penduduk yang mendiami kepulauan Nusantara ini. Adalah gerakan rakyat Sarekat Islam (SI) yang mulai dengan nama Sarekat Dagang Islam (SDI) merupakan satu-satunya wadah politik kaum pribumi yang mencita-citakan dan menuntut pemerintahan sendiri dan kemerdekaan penuh.
Tetapi SI bukanlah satu-satunya wadah pergerakan Islam zaman itu. Selain SI yang bergerak di arena politik, ada pula Muhammadiyah, Perserikatan Umat Islam, Persatuan Islam dan kelak Nandlatul Utama yang bergerak di lapangan kultural. Zaman bergerak ini telah mewariskan sejumlah nama pemimpin Islam (dan pemimpin lainnya) yang dalam sejarah Indonesia ditulis dengan "tinta emas", bukan saja karena perjuangannya tetapi juga pikiran-pikirannya yang cemerlang dan mendobrak kebekuan zaman.

C. Negara Diperlukan Guna Menegakkan Ketertiban Agama
Masa hidup KH. Hasyim Asy'ari yang terbentang antara tahun 1871 sampai dengan 1947 diwarnai dengan sejarah kehidupan bangsa Indonesia yang mengalami beberapa fase perubahan sosial, politik, ekonomi dan budaya yang cukup mendasar. Fase pertama adalah masa akhir abad ke-19 yang dinamakan fase bangkitnya kembali dunia Islam setelah beberapa tahun lamanya terpuruk oleh dominasi kolonialisme Barat. Fase kedua yaitu masa awal tumbuhnya organisasi-organisasi nasinalisme modern yang ditandai antara lain dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908. Fase ketiga adalah masa dimana telah tercapai konsensus nasional untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Fase keempat adalah masa perang kemerdekaan.
Apa yang menjadi keinginan sebagaian besar masyarakat bangsa Indonesia sebenarnya secara mendasar telah dirumuskan oleh para pendahulu kita tersebut. Mereka telah merumuskan sebuah masyarakat Indonesia yang terintegrasi sehingga dengan demikian dapat diatur dan ditata secara baik.
Karena Islam penduduk terbesar yang sekaligus pemilik syah negeri ini, dan juga berdasarkan pertimbangan bahwa daerah Nusantara ini adalah dulu dibawah kekuasaan Kerajaan Islam, maka para pejuang pendahulu kita telah menetapkan dasar-dasar yang mengatur perikatan hidup kaum Muslimin. Ini terjadi jauh hari sebelum bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan. Anjuran mengenai perlunya persatuan senantiasa didengungkan oleh para tokoh Islam diantaranya KH. Hasyim Asy'ari.
Memang pada tataran elit politik waktu itu ada pertenta lgan yang sangat tajam terutama antara Islam di satu sisi dan nasionalis (sekuler) di sisi yang lain. Ditambah lagi dengan adanya perseteru-an sengit antara kelompok Islam dan golongan sosialis bergaris keras, yang pada akhirnya melahirkan faham komunisme.
Hal ini pula yang akhirnya menimbulkan perpecahan dalam tubuh Sai ekat Islam. Disamping itu terjadi pula perselisihan yang tidak alah serunya antara golongan Islam tradisionalis dan golongan Islam modernis.

D. Islam, Nasionalisme Dan Negara
KH. Hasyim Asya'ari memandang bahwa hubungan antara agama dan negara tidak dapat dipisahkan. Sebab Islam bukan saja berusaha membebaskan manusia dari menyembah selain Allah SWT dan membimbingnya ke arah menyembah satu Tuhan (Tauhid) akan tetapi juga memajukan aspek-aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya. Sedangkan untuk memajukan aspek-aspek tersebut sangat diperlukan adanya suatu institusi yang mengatur jalannya proses tersebut yang dinamai negara. Sebab ketertiban agama berupa ibadah dan ma'rifah tidak mungkin bisa dilakukan dengan baik tanpa badan yang sehat, adanya kehidupan yang teratur, terpenuhinya kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, papan, dan lain-lain. Ketertiban agama tergantung pada semua ini. Dengan kata lain ketertiban agama tidak mungkin dapat dilaksana-kan tanpa ketertiban dunia. Dan mengenai ketertiban dunia ini mustahil bisa terwujud tanpa kekuasaan politik yang ditaati semua pihak.
Tak dapat disangkal, munculnya komunisme memberikan warna ideologi tersendiri dalam sejarah perjalanan Permikiran Natsir dalam berbagai bidang kajian dapat ditelusuri melalui buku, artikel di surat kabar, majalah dan sebagainya. Periode pergerakan nasional merupakan masa akhir kekuasaan penjajah Belanda ditandai dengan pertumbuhan cepat bidang politik hasil perubahan sosial dan ekonomi dan dampak pendidikan modern Barat serta gagasan pembaruan Islam yang berkembang dalanl masyarakat. Zaman ini juga ditandai dengan munculnya pemikir• pemikir dan pemimpin organisasi Islam, seperti H. Agus Soekarno, Natsir dan lain-lain.
Untuk memahami perkembangan masyarakat pada periode tersebut perlu juga mengetahui pemikiran yang dihasilkan oleh golongan pemikir-biasanya berasal dari kalangan elit dan tokoh Teori SP. Varma menyatakan bahwa peranan golongan pemikir, sangat besar pengaruhnya dalam proses perkembangan masyaiakearital Natsir merupakan bagian dari tokoh/pemikir/elit Islam Indonesia
Yang menjadi pertanyaan adalah apa konsep Natsir meilg. hubungan agama dan negara ketika Indonesia-mayoritas muslim dijajah kolonial (pemerintah "kafir").
Konsepsi Islam mengenai masalah negara muncul ketika terjadi rasa ketertindasan di bidang sosial, ekonomi, dan politik. Sejarah membuktikan bahwa para pemikir dan aktivis akan kembali ke corak Islam yang holistik dan totalistik untuk me-nentang negara yang Makin pongah.
Ketertindasan tersebut tampak pada periode pergerakan nasional, kekuasaan asing melakukan penetrasi terhadap negara-negara yang mayoritas berpenduduk muslim terutama kepulauan Nusantara. Tidaklah mengherankan bila agama (Islam) dijadikan inspirasi untuk mengilhami gerakan-gerakan nasionalis anti kolonial dalam merebut kembali kemerdekaan yang pernah lepas.
Dengan kata lain, penindasan dan penjajahan yang dialami masyarakat Islam Nusantara, menuntut jawaban atas pertanyaan: Mengapa umat yang dekat dengan Tuhan harus berlutut pada kekuasaan asing dan kafir?
Kondisi ini mempengaruhi tokoh/pemikir gerakan Islam merumuskan strategi untuk membangun wacana "bernegara yang ideal". Jadi zeitgeist merupakan faktor determinan ketika seorang tokoh merumuskan pemikirannya.
Demikian juga dengan proses sosialisasi9 individu tokoh terutama yang bersifat "intern". Proses ini dapat membentuk sikap dan prilaku terutama dalam pemikiran.

E. Tidak ada Negara Islam
Menurut Amien Rais bahwa kata imamah tidak terdapat secara tertulis dalam Al-Qur'an. Tetapi kalau kata imamah dimaksudkan sebagai kepemimpinan yang harus diikuti oleh umat Islam, hal itu jelas ada dalam Al-Qur'an. Artinya, Al-Qur'an menyuruh kaum muslimin untuk mengikuti pemimpin yang benar, yang terdiri dari manusia-manusia atau pemimpin yang menggunakan Islam sebagai patokan kepemimpinannya, bukannya kepemimpinan orang-orang yang munafik dan kafir.
Sedangkan khilafah, menurut beliau adalah suatu missi kaum muslimin yang harus ditegakkan di muka bumi ini untuk memakmurkan sesuai dengan petunjuk dan peraturan Allah swt, maupun Rasul-Nya. Adapun cara pelaksanaannya Al-Qur'an tidak menunjukkan secara terperinci, tetapi dalam bentuk global saja. "Islamic State" atau negara Islam tidak ada dalam Al-Qur'an, maupun dalam Al-Sunnah. Oleh karena itu, tidak ada perintah dalam Islam untuk menegakkan negara Islam. Yang lebih penting adalah selama suatu negara menjalankan etos Islam, kemudian menegakkan keadilan `sosial dan menciptakan suatu masyarakat yang egalitarian, yang jauh daripada eksploitasi manusia atas manusia maupun eksploitasi golongan atas golongan lain, berarti menurut Islam sudah dipandang negara yang baik. Apalah artinya suatu negara menggunakan Islam sebagai dasar negara, kalau ternyata hanya formalitas kosong? Beberapa negara di Timur Tengah memang berdasarkan negara Islam, tetapi benarkah sesungguhnya mereka menjalankan syariah Islam sebagai-mana mestinya? Saudi Arabia, misalnya, tidak punya konsti-tusi, suatu negara yang aneh dalam zaman moderen ini, dan para pemimpinnya menyatakan tidak perlu konstitusi karena mereka sudah mempunyai sandaran syariah Islam. Ya, mereka boleh saja berkata begitu.
Tetapi aplikasi syariah Islam di sana begitu sempit dan sangat jauh dari idealisme Islam itu sendiri. Seperti prinsip-prinsip monarki Saudi Arabia itu sendiri sudah bertabrakan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam di bidang kemasyarakatan dan politik. Karena kalau kita lihat sejak khalifah-khalifah yang menggantikan Nabi Muhammad saw., sistemnya bukan monarki yang absolut, melainkan monarki yang menggunakan sistem pemilihan. Adapun dinasti Umayyah dan Abassiyah yang menegakkan kesultanan itu, sesungguhnya mereka sudah lari dari dasar-dasar ajaran-ajaran Islam. Bagaimana halnya Indonesia?
Selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan semua sila itu telah dipraktikkan, itu sudah bagus sekali. Tetapi kalau Pancasila juga merupakan formalitas kosong, sebagaimana Islam sebagai formalitas kosong juga, tentu keadaan demikian harus kita perbaiki bersama. Islam amat menekankan konsistensi antara apa yang diucapkan dengan apa yang dikerjakan.
Bagi muslimin Indonesia, akan sudah berbahagia kalau Pancasila yang indah itu benar-benar dipraktikkan secara konsisten. Dengan demikian sudah berarti sebagian ajaran Islam dijalankan.

Kesimpulan :
Penerapan Negara Islam ditengah-tengah rakyat yang hamper 90% masih buta huruf dianggap tidak realistis. Lebih baik membangun fondasi yang kokoh terlebih dahulu sebelum membangun sebuah Negara Islam yang Modern.

DAFTAR PUSTAKA
Dwi Purwoko. 2001. Negara Islam. Depok: PT. Permata Kreasi

Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif. 1997. Tidak Ada Negara Islam. Jakarta: PT Djambatan.

ANALISIS KONSEP NEGARA ISLAM











Umi Choirunnissa
208 400 749
KPI/C/III













Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung 2009

Jumat, 04 Desember 2009

Kulihat Awan Hitam

Kulihat gumpalan awan yang hitam, kutermenung..., sepi,...kubuka jendela kamarku. kulihat awan itu semakin ku amati..., awan itu menyatu. suara petir yang menggelegar telah mengagetkanku dalam lamunanku
kuucapkan Subhanallah.........,dan hujan pun turun sangat lebat, hawa yang dingin membuat ku tefikir...,kayaknya enak nich minum yang hangat-hangat, bangkitlah aku dari depan jendela kamarku, menuju tempat kotak persediaan makanan yang ada di sebelah meja belajarku. yach....?! susunya habis dech!!! tapi tak apalah, khan masih ada energen sambil kunikmati energen...,owh iyachhh....lupa aku harus ngajar kemadrasah....Astaghfirullah...,kenapa bisa lupa gini aku!!! yach mana hujan..., dingin, tapi kalau gak datang kasihan anak-anak. akhirnya aku menyegerakan shalat ashar dan bersiap-siap bergegas menuju madrasah. tuwh...khan bener kata aku juga!!! anak-anak telah menungguku,,, "bisik hatiku"...mereka semangat-semangat banget yach!? mana hujan, dingin he.he..seperti yang aku katakan tadi dikost,,,ha,hah...!!!??? itulah anak-anak. seperti biasa sebelum masuk ke materi, anak-anak berdo'a,,, selepas itu seperti biasanya juga, ibu guru neisya menulis dipapan tulis...,dilanjut privat satu-persatu. akhir dari semua klasikal, do'a, pulang dech!!! waktu sudah menunjukkan pukul 17:00 Wib... dan akupun pulang menuju kost'anku yang ada dipucuk, heuhh... meuni jauh nian nya' diatas nan jauh gitu...bersambung Bandung, 231109

Minggu, 08 November 2009

''KISAH SEORANG PENDO'A''

Ketika kumohon pada Allah kekuatan
Allah memberikanku kesulitan agar aku menjadi kuat

Ketika kumohon pada Allah kebijaksanaan
Allah memberikanku masalah untuk kupecahkan

Ketika kumohon pada Allah kesejahteraan
Allah memberikanku akal untuk berfikir

Ketika kumohon pada Allah keberanian
Allah memberikanku kondisi bahaya untuk kuatasi

Ketika kumohon pada Allah sebuah cinta
Allah memberikanku orang-orang bermasalah untuk kutolong

Ketika kumohon pada Allah bantuan
Allah membrikanku kesempatan

Aku tak pernah mendapatkan apa yang kupinta
Tapi aku menerima segala yang kubutuhkan

Do'aku terjawab sudah

''CINTA SEMU''

Permulaan cinta indah menawan di hati
Akhirnya kematian laksana permainan
Ia bermula dari pandangan dan canda
Menyala di hati laksana bara api


Seperti api yang bermula dari percikan
Jika membesar ia akan membakar semua kayu
Siapa yang sanggup memikul kayu cinta di hati
Bencana datang bersama rahasia-rahasia-NYA


Cintalah pertama kali tegarkan hati
Ia datang bersama takdir jalan beriringan
Jika arungi samudra cinta tak bertepi
Datang banyak masalah yang tak tertangguhkan

Sabtu, 17 Oktober 2009

''RESAHKU TANPAMU''

Hatiku resah tanpa-MU
Hatiku gundah tanpa kedekatanku pada-MU
Karena cinta semu t'lah membutakan mata hatiku
Tanpa aku sadari,,,
Sehingga aku semakin hari semakin jauh dari-MU
Ya Allah...,Aku ingin kembali dalam naungan-MU
Tuk mengadu semua keluh-kesahku pada-MU
Aku yang sengsara dan miskin,,,
Meminta tolong dan perlindungan hanya pada-MU
Aku yang takut dan ngeri,
Yang mengakui dan menyesali dosa-dosa yang aku perbuat selama ini
Aku memohon dengan segala kerendahanku,,,
Ku bersujud memohon kemurahan cinta kasih-MU
Ya Allah,,,jangan Kau biarkan daku dengan do'aku kepada-MU ini celaka
Cintai dan sayangilah daku selalu,,,
Dan jadikanlah aku hamba terkasih-MU. Amin...


Bandung,281208